
Alhamdulillah aku masih bisa bernafas meskipun berat terasa, tapi masih ada keleluasaan menghirup udara malam yamg dingin mencengkram menusuk tulang belulang, membekukan hati yang begitu tiada menentu arah yang ingin ku lalui, meskipun detak jam dinding terus mendentang, tiada detik pun terlewatkan, terus mengalir bak air mengalir dari hulu ke hilir, hingga akhirnya menguap juga terbawangin dan turun kembali ke bumi untuk menyirami sang pertiwi yang kegersangan, meranggas tiada kehidupan di dalamnya. Terus mengalir dan tak kan ada lagi kata kembali mundur kebelakang.